Recent Posts

settia

TOKOH SEJARAH YANG DIBUANG DARI SEJARAH


Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo (SMK) lahir di Cepu, 7 Januari 1907.

Pada tahun 1923, saat berusia 16 tahun, aktif dalam gerakan kepemudaan, Jong Java. Ketika banyak anggota Jong Java cenderung pada spirit Islam, maka didirikanlah Jong Islamieten Bond. SMK pun pindah ke dalam organisasi pemuda Islam ini. Melalui dua organisasi ini (Jong Java dan Jong Islamieten Bond) inilah, SMK menjadi salah satu pelaku sejarah gerakan pemuda yang dikenal dengan “SUMPAH PEMUDA”.

Selain aktif dalam gerakan kepemudaan, SMK juga beraktifitas sebagai Sekretaris Umum Partij Sjarikat Islam Hindia Timur (PSIHT). Iapun juga bekerja pada surat kabar harian Fadjar Asia, sebuah surat kabar berspirit Islam yang dirintis oleh H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. SMK menjadi redaktur harian tersebut pada usia 22 tahun (1929). Tulisan pribadinya, banyak berisikan kritik terhadap penguasa pribumi maupun penguasa kolonial Belanda.

SMK sempat menjadi sekretaris pribadi H.O.S. Cokroaminoto selama 2 tahun. Dari tokoh pejuang nasional inilah ia banyak mendapatkan pendidikan politik dan budi pekerti. Di rumah pak Cokro, SMK sering berdiskusi dengan sesama pemuda –murid pak Cokro–, seperti Sukarno, Alimin, Cipto, Douwes Dekker, Kyai Ahmad Dahlan, Muso, Semaun, yang sering bertamu ke rumah Cokroaminoto.
SMK pernah menulis paket brosur/konsepsi Sikap Hijrah saat aktif di Partai Syarikat Islam. Brosur tersebut menguraikan tentang sikap tegas kaum muslimin berdasarkan konsep hijrah yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pemikiran SMK yang Islam-Minded, terbentuk dari masa remaja, sejak ia berguru pada seorang tokoh agama bernama Notodihardjo yang kemudian dikenal sebagai pengikut Muhammadiyah. Pada saat bergiat dalam bidang jurnalistik dan politik, ia juga mendapat bentukan pemikiran Islam dari Cokroaminoto, juga mendapatkan bimbingan suluk dari Ajengan Ardiwisastera di Malangbong. Konsentrasi pembentukan jiwa keislamanpun ia dapatkan ketika membentuk lembaga Suffah, yang bercorak tarekat pembebasan/revolusioner bersama kyai Jusuf Taujiri yang bertindak sebagai guru/mursyid.

Pada 1943, saat Jepang menguasai Indonesia, SMK aktif dalam Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI) pimpinan Wondoamiseno, sebagai sekretaris dalam tubuh organisasi tersebut. Saat ini ia mengonsentrasikan murid-murid di lembaga suffah untuk latihan kemiliteran, yang lebih dikenal sebagai laskar hizbullah dan sabilillah.

Ketika akhir pendudukan Jepang, pada 7 Agustus 1945 SMK yang disertai tentara Hizbullah memproklamasikan kemerdekaan dalam konsepsi Islam. Namun dengan mempertimbangkan kepentingan bangsa, proklamasi tersebut ditarik kembali ketika ada proklamasi oleh Sukarno-Hatta pada 10 hari kemudian.

Paska proklamasi, negara Republik Indonesia makin cenderung pada sikap nasionalis sekuler dengan semakin meminggirkan peran kalangan Islam. Dalam pandangan SMK, sikap pengelolaan negara oleh para pemimpin nasionalis sekuler tetap berada dalam bayang-bayang penjajah Belanda. Berbagai forum perjanjian yang didominasi Belanda, selalu dilayani oleh pemerintah nasionalis sekuler.

Puncaknya adalah paska perjanjian Renville yang memaksa pemerintah Indonesia minggat ke Jawa Tengah dan membiarkan Jawa Barat kosong dari kekuasaan. Setelah sebelumnya berkonsultasi dengan Jenderal Besar Sudirman, SMK melakukan perannya sebagai proklamator Negara Islam Indonesia, yang berjuang mempertahankan kedaulatan dan harga diri bangsa Indonesia terhadap agresi Belanda.
Perjuangan SMK bersama rakyat dan tentara Daarul Islam, disikapi secara tegang oleh para pemimpin nasionalis. Sikap apriori dan phobi terhadap kesucian Islam menumbuhkan sikap perlawanan terhadap DI/TII, yang justru mendapatkan dukungan dari daerah-daerah lain.

Pada 4 Juni 1962, SMK ditangkap dan diadili pada 16 Agustus. SMK dieksekusi mati pada September 1962. Wasiat terakhir SMK untuk keluarganya menjelang eksekusi, tidak dipenuhi oleh pemerintah Indonesia. Bahkan hingga kini salah satu the founding father Indonesia ini tetap disembunyikan pusaranya.

Mengapa figur SMK tetap dimisterikan? Tak adakah sejarawan yang terpanggil untuk meluruskan sejarah pembangun negeri ini? Akankah kita biarkan generasi Indonesia masa depan hidup dengan sejarah yang penuh dengan tipuan dan kepentingan penguasa? Akankah anda membiarkan anak-cucu anda tak pernah tahu akan sejarah yang ditulis tanpa kebohongan?